Minggu, 22 April 2012

BAB X ROMO RESI PRAN SOEH SASTROSUWIGNYO MULAI MENGAJARKAN ILMU TUHAN.

Romo Resi Pransoeh Sastrosuwignyo setelah menerima wahyu Roh Suci dan Wahyu Sejatining Kakung belum puas, beliau masih akan mendalami daya gunanya dan akan memohon keterangan sejelas-jelanya Rahasia Ilmu Goib kepada Tuhan untuk itu puasa-puasanya lebih diperkeras dan dipertajam, lambat laun beliau mengerti sampai detil Rahasia-rahasia Wahyu Roh Suci, Wahyu Utusan, serta wahyu Sejaning Kakung atau Wahyu Sejatining Putri. Maka apabila seseorang mendapat anugerah karena memohon sesuatu kebutuhan hidup seperti Pangkat, kesehatan, bisnis berhasil, sakit menjadi sembuh, bebas dari hukum, bisa lulus ujian, terpilih menjadi Menteri atau Presiden, Pertanian subur berhasil, permusuhan menjadi perdamaian dan banyak hal yang sifatnya menjurus kesuatu cita-cita yang terkabul itu semua karena si pemohon dekat atau dilindungi oleh Wahyu Roh Suci atau Wahyu Utusan yang sudah menyatu dengan Sukmanya Rps Sastrosuwignyo tersebut yang disebut Utusan Tuhan. Coba Simak lagi ketulisan diatas sewaktu Sang Pria memasukkan Huruf A didalam Lingkaran Kertas Putih, Huruf A tadi bersinar terang, terus dimasukkan ke saku baju sebelah kiri dada Rps Satrosuwignyo, Huruf A bersinar tadi lenyap menjadi satu di dada kiri Rps Sastrosuwignyo (posisi Rps Sastrosuwignyo pada waktu suci/sukma suci).
Akan tetapi sebaliknya apabila anda memohon supaya semua citanya dikabulkan oleh Tuhan akan tetapi di dalam alam mimpi berjumpa dengan Wahyu Sejatining Kakung atau berjumpa Wahyu Sejatining Putri, maka permohonan anda pasti gagal. Kecuali kalau mau berusaha memohon kepada Tuhan dengan puasa habis-habisan dengan bertaruh nyawa seperti Raden Gung dulu, masih ada kemungkinan cita-cita anda tercapai jadi tergantung tekad umat manusia bukankah Tuhan Maha Adil?

Perlu dipahami bahwa Sukma Utusan Tuhan itu bisa berubah menjadi apa saja atau siapa saja yang tidak bisa berubah adalah sifat-sifat dan perbuatannya yang selalu kasih sayang, suka melindungi, membuat kita tentram, membuat kita tidak kwatir. Kita tidak takut, kita tidak benci, kita tidak malu, kita juga tidak merasa kasihan (iba), kita tidak terharu, kita tidak ragu itulah sifat Sukma Utusan Tuhan. Dan kalau kita berjumpa baliau berpenampilan kalem, paling banter tersenyum, tidak sombong, tidak angkuh, tidak bertolak pinggang, tidak pernah terlihat giginya kalau tertawa, selalu santun rendah hati, dan tidak mau disembah.

Sebaliknya kalau kita berjumpa Wahyu Sejatining kakaung/Sejatining Putri jangan sampai kita tertipu sebab diatas sudah diterangkan kembar, hanya saja sifat-sifatnya sangat berlawanan dengan Wahyu Roh Suci/Wahyu Utusan, diatas sudah penulis terangkan Wahyu Sejatining Kakung/ Sejatining Puteri sebetulnya satu bisa pecah jadi dua, bisa berkumpul menjadi satu, bahkan bisa berubah banyak sekali dan bisa berubah menjadi siapa saja dan apa saja, ya itulah yang disebut napsu/saitan/nyawa/jin raja napsu semua umat sangat pandai, untuk itu anda jangan gampang ditipu sebab keduanya sama, akan sifat dan perbuatannya berlawanan, dan akibatnyapun akan berlawanan pula hasil permohonannya.

Diatas sudah penulis singgung tentang Wahyu A yang bersinar terang benderang/ Cahaya Nelami – Jawa, sebetulnya itu disebut Cahaya Tuhan, wahyu A itu yang mempunyai utusan Tuhan. Kalau di balik yang sudah menjadi kodrat ketempatan Wahyu A adalah utusan Tuhan.
oleh karena itu siapa yang bersanding, melihat, dibawahnya apalagi memgang orang tersebut pasti mendapatkan keuntungan lahir/bathin, sakit apa saja sembuh, sedikit penjelasan bahwa Wahyu Sejaning Kakung/ Wahyu Sejaning Putri.

adalah Raja semua napsu umat manusia. Orang meninggal Napsunya kembali ke asalnya, ke Raja Napsu tadi, itu sudah pasti. Kalau Suksma belum tentu kembali ke asalnya, kembali ke Tuhan (dengan perantara Suksma Utusan Tuhan) Dia (Suksma Manusia) bisa kembali ke Tuhan kalau bisa berpisah dengan Napsunya. Artinya Napsu yang kotor tadi tempat aslinya di Alam Kubur (bukan kuburan atau makam) ditinggal di Alam Kubur tadi. Suksma Suci kembali ke Rajanya Suksma, yaitu Utusan Tuhan di Alam Akhir tempat bersemayamnya yang Mahasuci.
       Apabila manusia di dunia tidak pernah belajar mengenal Napsunya (Nyawanya) tidak mengenal Diri Sendiri atau belum pernah mengalahkan Nyawanya sendiri di Alam Kubur, Alam Mimpi atau Alam Antara, atau Alam Surga Penantian juga disebut (Kayangan Kondowaru atau Sasono sewoko) dalam cerita wayang Purwa dalam kesenian Jawa, mustahil bisa kembali menghadap Tuhan kecuali kalau Tuhan mengampuni dosa-dosa umat tersebut.
       Itu adalah ajaran yang penulis terima dari Guru Agung Resi Pran Soeh Sastrosuwignyo yang dulu semasa hidupnya menjabat Carik / Sekretaris Desa, Desa Jagalan, Muntilan, Jawa Tengah, Indonesia. Oleh karena itu almarhum, dalam posisi sadar tidak tidur bisa mengerti batin dan perilaku semua makhluk yang hidup di dunia. Karena memang beliau yang menggali ilmu tersebut (sebetulnya sudah ada karena kekuasaan Tuhan). Hanya pada jaman beliau hidup baru bisa digali, daya gunanya untuk umat manusia dan semua keperluan. Beliau berpesan “Murid-muridku harus bisa mengalahkan Nyawanya sendiri-sendiri, sebab Ratunya / Rajanya sudah saya kalahkan, dan harus bisa menerima petunjuk langsung dari Tuhan seperti saya dan harus latihan mati sebelum mati sebenarnya.” Ajaran Romo Rps Sastrosuwignyo memang super keras untuk mengekang napsu, supaya kalau kita di alam mimpi supaya dalam posisi Ingat (Eling). Artinya Ingat kalau di alam mimpi, ingat kepada Tuhan, ingat punya kebutuhan sebelum tidur mohon apa, dan di alam mimpi tersebut ingat kalau dirinya sendiri sedang mimpi (perlu latihan dan ada yang membimbing).
       Romo Rps Sastrosuwignyo terus meneliti mendalami pribadi umat manusia karena Wahyu Roh Suci / Wahyu Utusan sudah menyatu dengan beliau otomatis beliau tahu apa dan siapa yang dihadapi sampai maksudnya sekalipun, paham meskipun berlainan bahasa, agama, maupun keyakinan.

Utamanya pribadi manusia yang terdiri dari 1. Jasmani, 2. Nyawa (Hawa Napsu), 3. Suksma Suci.
       Diatas sudah penulis singgung masalah pribadi manusia seutuhnya disini akan penulis jelaskan lagi.
       1. Raga, Wadag atau Jasmani
       Aku dialam Dunia, bisa sakit, bisa rusak, bisa mati tidak kekal. Jasmani nanti akan kembali ke bumi (dikubur dan lain sebagainya menurut tata cara agama dan keyakinannya masing-masing)
       2. Nyawa, Hawa napsu (Setan)
       Adanya di Alam Kubur (Alam Antara) tidak bisa dilihat dengan mata. Dia bisa sakit tetapi tidak bisa mati. Nyawa adalah Aku di Alam Antara, mengapa disebut Alam Antara sebab posisinya ada ditengah-tengah antara Alam Dunia dan Alam Akhir (alamnya si Suksma atau ditempat tinggalnya si Suksma). Kalau manusia meninggal si Jasmani atau Raga ditinggal karena rusak. Jasmani itu ibarat sangkarnya si Nyawa. Raga, Jasad tugasnya menuruti kebutuhan Nyawa. Misalnya butuh pakaian, butuh makanan, butuh pangkat, butuh rumah, kendaraan, uang dan sebagainya yang intinya mencari kepuasan. Puas itu kan Napsu.
       Pelaksanaan dilapangan yang berusaha si Jasmani / Raga tadi. Kalau Raga rusak atau sakit, Nyawa harus ikhlas disiksa, dikurangi makanannya, dikurangi tidurnya, hobinya dikekang, pendek kata dibikin kecewa supaya si Nyawa tadi bisa renggang (pisah) dengan si Suksma, Kalau sudah pisah (renggang) dengan Suksmanya, Suksma bisa menghadap dengan Utusan Tuhan Yang Maha Suci, untuk mohon obat supaya Jasmani yang rusak tadi bisa pulih sehat kembali. Jadi antara Nyawa dan Suksma waktu hidup di dunia memang menadi partner (kerja sama), akan tetapi pada waktu saat meninggal, keduanya masih bebuyutan. Sebab tempat aslinya memang berbeda. Nyawa di Alam Antara (Alam Kubur, bukan kuburan), si Suksma mestinya kembali ke rumah Tuhan Alam Akhir (Alam Purwa, Alam Permulaan), sebab awal Urip kita atau Suksma kita memang disitu. Oleh karena itu orang Jawa mempunyai istilah yang sangat terkenal “Bali Marang Asaling Dumadi”, maksudnya kembali ke asal mula kita. Itupun tidak mudah karena sangat tergantung pada kehidupan manusia itu sendiri semasa hidup di dunia wadag ini.
       Nyawa / Hawa Napsu tidak perlu berdoa mohon ini mohon itu, dia pasti kembali ke asalnya yaitu Alam Kubur. Seperti Jasmani pasti kembali ke Bumi. Yang bermasalah adalah Suksma. Kalau Suksma tidak bisa berpisah dengan Nyawa karena waktu hidup kita selalu menuruti Hawa Napsu, waktu hidup di Dunia tidak saling mengenal, seperti Raden Gunung contohnya bisa saling mengenal bahkan Raden Gunung menang dalam perang tanding melawan Wanita Ratu tersebut (Nyawanya Raden Gunung yang Wanita). Oleh karena itu sebelum mati kita harus mengenal Dirinya Sendiri, kalau sudah bisa mengenal Dirinya Sendiri apalagi bisa mengalahkannya ada harapan bisa berdialog dengan Tuhan bahkan mungkin bisa menghadap, kalau Tuhan menghendaki. Untuk itu kita harus keras terhadap diri kita sendiri supaya nantinya hidup kita nanti mendapat yang tenteram. Kalau kita sekarang yang kita lakukan yang enak-enak, yang mewah-mewah, mengumbar Nyawa (Hawa Napsu) dikemudian hari kalau saatnya kita meninggal pasti mendapatkan kehidupan berat, disiksa, dihukum pendek kata Kehidupan Keras. Jadi istilah masuk Neraka yang identik dengan Alam Sesat, Alam Hukuman itu yang menderita Suksma tadi. Nyawa tidak menderita karena Nyawa tidak mempunyai keinginan ke Alam Akhir karena itu bukan tempatnya. Alam Akhir tempatnya Sang Suci (Suksma). Si Nyawa sangat nyaman di Alam Kubur dan lebih senang lagi dia ditemani si Suksma yang telah dia cengkeram, disitulah Suksma yang disebut masuk Alam Sesat, Alam Hukuman, Alam Siksaan.
       Para pembaca nanti pasti penulis mengulang-ulang lagi pada judul-judul yang lain karena ilmu ini tidak habis-habisnya kalau mampu menulis. Mohon maaf saya orang bodoh inipun hanya semampunya.
       3. Suksma atau Urip atau Hidup
       Diatas pernah penulis singgung tentang Orang Hidup (Wong Urip) mengambil judulnya (Wewadining Pati-Urip). Kalau orang hidup ya kita ini semua selama masih bernafas namanya orang hidup (yang terdiri Raga, Nyawa dan Suksma). Kalau “Wewadining Pati-Urip” artinya Rahasia Pati dan Rahasia Hidup.
Pati : Perjalanan Nyawa dan Suksma di Alam Kubur.
Urip : Suksma itu sendiri yang sudah menghadap Yang Maha Suci atau Tuhan. Penulis maupun orang Jawa khususnya menyebut nama lain dari Tuhan itu sangat banyak, akan tetapi yang dimaksud Tuhan, kamus Jawa menyebutnya Dasanama misalnya, Tuhan, Hyang Suksmana, Hyang Suksma Kawekas, Hyang Manon, Hyang Widhi, Hyang Moho Agung, Kang Moho Luhur, Kang Moho Mulyo, Kang Moho Kuwoso, Kang Moho Suci, Kang Murbeng Dumadi, Kang Nitahaken Bumi Langit, Gusti Allah, Hyang Maha Tahu, Kang Murbo Wisesa, Pangeran Kang Moho Kuwoso, Kang Moho Tunggal, Sang Pencipta, Yang Mahaesa, dan banyak sekali mungkin dilain daerah wilayah Indonesia lainnya juga mempunyai sebutan masing-masing yang maksudnya Tuhan.
       Kita kembali kemasalah Suksma, setelah Suksma bisa meninggalkan si Nyawa, Nyawa ditinggal di Alam Kubur ikut “Wahyu Sejatining Kakung” atau “Wahyu Sejatining Putri”. Suksma akan bisa bertemu dengan Utusan Tuhan, dia bertemu utusan Tuhan diatas Alam Merah, yaitu Alam Akhir lapisan yang paling bawah yang disebut Alam Kuning. Di Alam Merah tadi pasti ada pertempuran antara Nyawa dan Suksma. Kalau Nyawa yang menang maka Suksma pasti ikut Nyawa, artinya Suksma Tersesat, karena waktu hidup di dunia tidak pernah dilatih untuk saling mengenal artinya waktu di dunia buta maka jalan ke Alam Akhir pun buta. Akan tetapi sebaliknya kalau waktu di dunia si Nyawa atau Napsu selalu diperangi (dengan jalan dikendalikan, di pres seperti Raden Gunung dahulu) nanti kalau sudah meninggal dalam peperangan di Alam Kubur lapisan atas (Merah) Suksma akan mendapat kemenangan karena dibantu Utusan Tuhan. Kalau selalu bisa mempertahankan aturan Tuhan empat larangan dan tujuh kuwajiban biasanya di Alam Antara / Alam Kubur akan merasakan di alam mimpi, susksma ingat dengan Tuhan dan Utusan lalu menolongnya. Nyawa yang berubah macam apapun, akan memperlihatkan wujud yang sebenarnya, disitulah Suksma naik ke Alam Akhir juga (Alam Purwaning Dumadi). Alam asal kita hidup, di hadapan Tuhan, disisi Tuhan, dipangkuan Tuhan atau manunggal dengan Tuhan itu sendiri. Disitu tenteram. Keinginan, rasa apapun hilang karena Suksma adalah Suci.
       Kalau Suksma sudah kembali ke Alam Akhir terserah Tuhan Maha Kuasa, Suksma tetap disitu atau dikembalikan ke dunia (Urip Tumimbal Manitis) atau hidup kembali di dunia. Kalau hidup di dunia kembali pasti lewat kandungan ibu, Jadi tidak ada orang hidup terus Suksma yang sudah di Alam Akhir masuk ke jasad orang yang hidup tadi. Lain halnya kalau Suksma / Napsu lengket memang bisa nempel (numpang) di jasad orang hidup namanya Kesurupan atau orang Jawa menyebutnya Ketempelan Setan. Artinya Setan dan Suksma masih lengket.
       Jadi Suksma itu tidak bisa sakit (tidak bisa merasakan sakit) juga tidak bisa mati Dia kekal, sekarang hidup, nanti hidup dulu juga hidup. Didalam ajaran ilmu ini memang sampai detail, orang bisa menyaksikan sendiri di dalam Ilmu Kasuksman, karena ilmu ini tujuannya memang mencari bekal untuk mati, kembali kepangkuan Tuhan meskipun juga bisa dipakai untuk kepentingan hidup didunia, akan tetapi pada pokoknya untuk bekal supaya Suksma kita tidak tersesat karena diborgol oleh si Nyawa / Napsu.
       Pada tulisan nanti akan sampai pada perjalanan Suksma bagaimana murid-murid Romo Rps Sastrosuwignyo yang sudah lulus dan tetap masih bersih jiwanya bisa memohon keterangan si A atau si B yang sudah meninggal, sudah kembali ke Alam Akhir atau belum dan bagaimana menolong orang yang mati tersesat ikut “Wahyu Sejatining Kakung” atau “Wahyu Sejatining Putri” apa bisa mendapat ampunan dari Tuhan apa memang sudah harus disitu (di Alam Hukuman) nanti akan penulis beri penjelasan.
       Tulisan diatas sudah sering sekali penulis singgung meskipun hanya sedikit. Ilmu yang telah digali Guru Agung Romo Rps Sastrosuwignyo namanya “Ilmu Tiga Perangkat” disebut juga “Ilmunya Gusti Allah” orang Jawa bilang
a)      Utusan Tuhan disingkat Utusan
b)      Cahaya Tuhan disingkat Cahyanya Tuhan
c)      Nyawa atau Hawa Napsu yaitu musuh dari Suksma manusia masing-masing yang disingkat Nyawa.
Ilmu Tiga Perangkat ini perlu dicari oleh umat manusia (yang ingin mempelajari dan yang butuh sudah barang tentu), sebelum manusia meninggal dunia (dengan metode Semedi Tidur lalu mendapat mimpi). Bilamana waktu hidup didunia tidak bisa ketemu, mustahil dialam kematian bisa ketemu, sebab yang akan menerima akibatnya bukan Raga (jasad) akan tetapi Suksma Suci tadi. Kalau Jasad / Raga pasti kembali ke bumi, Nyawa pasti di Alam Kubur. Jelasnya begini :
a)      Utusan Tuhan, yang memberi petunjuk (Dhawuh) dan semua Suksma manusia akan ikut Utusan, kalau beruntung Suksma tersebut bisa di terima atau Manunggal (luluh) atau menjadi satu dengan asal hidup Suksma yaitu Gusti Allah.
b)      Cahaya Tuhan, menjadi penerang arah Suksma menuju atau ikut, bertemu, menghadap Utusan Tuhan.
c)      Nyawa, itu musuhnya Suksma, pekerjaan Nyawa selalu membujuk Suksma hal-hal yang tidak benar. Nyawa tempat aslinya di Alam Antara / Alam Kubur, dia harus ditinggal di Alam Kubur tersebut.
       Kesimpulannya manusia bisa menghadap Utusan Tuhan kalau sudah bisa membuktikan Ilmu Tiga Perangkat. Itupun harus dijaga kemurniannya selama hidup jangan sampai melanggar Angger-angger yang jumlahnya sebelas diatas. Lebih-lebih melanggar larangan bagian A nomer satu dan nomer dua, berjina dan beristeri lebih dari satu atau bersuami lebih dari satu. Kalau melanggar larangan tersebut manusia tersebut kembali keposisi nol bahkan hukumanya akan semakin berat utamanya di alam kematian nanti. Kalau didunia akan aman-aman saja.
       Rps Sastrosuwignyo sejak tahun 1921 mulai mengajarkan Ilmu Tiga Perangkat secara sabar, dan menolong sesama, sudah barang tentu beliau tahu isi hati manusia tersebut, sebab beliau memang bisa menjadi contoh kabaikan dalam segala hal, beliau menjadi Panutan (contoh yang bisa dianut) banyak warga sekitar bahkan orang jauh minta tolong dan berguru kepada beliau bahkan ada juga yang menyebut dukun, beliau tidak tersinggung disebut dukun karena orang-orang itu memang belum paham. Kebanyakan yang minta tolong berhasil, meskipun ada juga yang gagal, kalau yang gagal Romo Rps Sastrosuwignyo, sebelumnya sudah memberi penjelasan secara samar bahwa ada yang sudah menjadi kodrat / takdir dari Tuhan. Kalau menolong, Romo Rps Sastrosuwignyo tidak pernah memungut bayaran, malah setiap tamu mesti dibantu berupa materi ala kadarnya.
       Untuk menjelaskan “Ilmu Kasuksman Tiga Perangkat” tidak semua orang dikasih tahu, beliau tahu mana yang percaya mana yang tidak percaya, mana yang calon murid mana yang bukan.
       Romo Rps Sastrosuwignyo terkenal berbudhi luhur, suka menolong tidak mengherankan kalau pengaruhnya cepat tersebar banyak para pejabat / pembesar yang berguru kepada beliau. Beliau semakin meningkatkan kesetiyaan kepada Tuhan karena tanggung jawabnya semakin besar dan ruang lingkupnya semakin luas. Perintah Tuhan waktu di pantai Parangtritis tiga puluh satu tahun sudah terpenuhi beliau betul menemukan “Ilmu” yang bisa menjadi penengah segala ilmu yang ada memang terbukti oleh karena itu murid-muridnya suka menyebut Panutan sebab memang sangat dipercaya dan pantas di Anut.
       Puasa, tirakat prihatin, tapangrame tetap dijalankan makan satu kali dalam satu hari satu malam mulai umur tujuh tahun sampai akhir hayatnya nanti tetap dijalankan. Tidur disembarang tempat sudah menjadi kebiasaan, kesetyaan menepati Dhawuh (petunjuk / ilham) sangat taat, sebab kalau taat kepada Tuhan artinya deket dengan Tuhan. Kalau ada masalah mohon keterangan pasti cepat mendapat jawaban.
       Panggilan sehari-hari masyarakat umum memanggil Den Carik. Karena kejujurannya dan ilmunya yang tinggi, wilayah sekitar ingin supaya Den Carik memimpin daerahnya artinya supaya mau pindah, pasti beliau tidak mau dengan memberi penjelasan yang sangat menarik, sehingga orang-orang tersebut tidak tersinggung. Beliau akan diangkat menjadi lurah berkali-kali tidak mau. Karena Carik tidak memegang uang tetapi hanya memegang angka.
       Romo Panutan (sebutannya) kalau menerangkan Ilmu Tiga Perangkat tidak mau terbuka beliau memakai metode samar, sebab kalau terlalu jelas orang akan berkhayal seolah-olah sudah ketemu, padahal belum, sehingga dengan hal-hal yang samar (samun Jawa) murid-muridnya penasaran dan akan berusaha semaksimal mungkin supaya bisa membuktikan adanya. Romo Rps Sastrosuwignyo menjelaskan kepada murid-muridnya supaya mencari Utusan Tuhan, dengan kata-kata sandi yang sangat dalam, untuk ditafsirkan, orang Jawa sendiri sulit untuk menafsirkan termasuk penulis, misalnya “Roh Suci Sak Durunge Jagad Gumelar, lan Sak Durunge Adam Tumurun ing Alam Donya, Kagungan Suksma Langgeng Kang Tan Kena Rusak, lan Tan Kena Kukum Dening Gusti Allah, Panjalmaning Rosul Donya. Manggon ing Awang-awang Kang Mengku Isi, Pilih Janma Kang Wikan” kalau diterjemahkan kurang lebih begini “Roh Suci, sebelum Alam Dunia ada, dan Sebelum Adam Turun di Dunia, Mempunyai Suksma yang Kekal dan Tidak Bisa Rusak, dan Tidak Pernah Kena Hukuman Oleh Tuhan, Penjelmaan Utusan Tuhan di Dunia, Bertempat Alam Paling Atas Yang Kosong Akan Tetapi Ada Isinya. Hanya Umat Manusia Pilihan Yang Suci Yang Dapat Bertemu” Silahkan para pembaca menyerap sendiri kata-kata diatas, itulah salah satu tugas murid-muridnya untuk terbebas dari dosa sebagai persyaratan untuk lulus (katam) Ilmu Tiga Perangkat.
       Untuk mencari Cahaya Tuhan, Panutan memberikan penjelasan yang cukup simpel, karena murid-muridnya terdiri dari pemeluk agama dan penganut berbagai ilmu kebatinan Romo Panutan memberikan penjelasan secara mudah misalnya:
a.     Sunan Kalijaga mempunyai minyak Jayeng Katon
b.    Bathara Kresna mempunyai Kembang Cangkok Wijaya Kusuma
c.      Nabi Muhammad mempunyai Bintang Johar
d.     Dalam ajaran agama Islam ada Nur Muhammad
e.      Dalam ajaran agama Kristen ada Bintang Panjer Enjing (pagi)
       Itu semua semua yang dimaksud Romo Panutan Cahaya Tuhan. Jadi nama banyak menurut pakem masing-masing agama / keyakinan akan tetapi kalau dibuktikan di Alam Semedi / Alam Kasuksman / Alam Gaib / Alam Sasmitamaya / Alam Mimpi hasilnya berwujud satu macam tidak ada yang lain. Sebetulnya setiap manusia yang berhasil menghadap Utusan Tuhan atau bertemu Utusan Tuhan, tidak jauh dari tempat itu, pasti ada Cahaya Tuhan, hanya karena daya ingat (eling terhadap Tuhan kurang) maka Cahaya Tuhan tidak dapat terpantau oleh manusia tersebut. Oleh karena itu setiap manusia yang sudah ikut belajar (menghayati) dalam posisi apapun setiap saat perlu dan wajib ingat selalu dengan Tuhan supaya dialam gaib / mimpi nanti bisa ingat dengan Tuhan. Perlu dijelaskan pada waktu penghayatan (orang yang sedang belajar Ilmu Tiga Perangkat) di alam halus / alam mimpi bisa bertemu Nyawa (Hawa Napsu) sebetulnya Cahaya Tuhan ada didekatnya, atau dengan kata lain, Nyawa dapat dikalahkan atau dapat terlihat oleh Aku (Suksma Suci) karena kena pengaruh keberadaan Cahaya Tuhan.
Jelasnya, Nyawa, Suksma, Cahaya Tuhan, Utusan Tuhan itu selalu berdekatan kalau manusia itu sendiri (penghayat) dalam kadar sempurna atau bersih sekali dan selalu ingat Tuhan.
       Bukan tidak mungkin dalam satu perjalanan mimpi, penghayat bisa bertemu dengan ketiga-tiganya yaitu Utusan Tuhan, Cahaya Tuhan, Nyawa masing-masing Penghayat.
       Khusus Umat Islam (murid Romo Rps Sastrosuwignyo) sebelum memhon apa yang menjadi kebutuhannya, mereka disuruh membaca:
1.       Surat Eklas
2.       Surat Anas
3.       Surat Al-Fatekhah
Setiap surat sebelas kali kemudian disambung dengan permohonan masing-masing dan mengucapkan zikir sampai tertidur. Hasil permohonan tersebut berupa mimpi (kalau bisa mimpi). Di alam mimpi Suksma (Aku iya Alus kita) merasa pergi kemana-mana didalam alam mimpi tersebut. Mimpi ada juga yang menyebut dengan istilah Wisik, Tayuh, Ilham, Firman, Sasmita Tuhan lewat Utusan. Setelah bangun tidur biasanya murid-murid beliau harus menulis mimpi yang diterima semalam dan langsung dilaporkan kepada Romo Rps Sastrosuwignyo. Pada waktu itu karena Panutan masih hidup, begitulah murid-murid beliau mencari Ilmu Tiga Perangkat, kalau siang bekerja menuruti kebutuhan Nyawa, kalau malam melatih diri berhubungan dengan Tuhan lewat Utusan dan dibimbing oleh Guru Agung Romo Panutan, sehingga lambat laun ada yang berhasil sampai katam. Kalau sudah katam terus diuji oleh Panutab (ditest) dengan berbagai permohonan yang ada hubungannya dengan urusan gaib. Setelah test / ujian / garap coban-Jawa, barulah dijelaskan Ilmu Tiga Perangkat rahasianya, daya gunanya untuk keperluan dunia (apa saja) dan bekal mati nanti.
       Romo Panutan sering berpesan kepada murid-muridnya:
“Siapa saja yang menjadi murid-muridku pasti berat, harus jujur dan suci, hati-hati setan sangat pandai menggoda manusia tidak semua orang kuat menjadi muridku, godaan yang paling berat
pria digoda wanita, wanita digoda pria
a.     Yang kaya kawatir hartanya saya tipu
b.      Yang miskin takut kalau kelaparan
c.     Yang tinggi pangkatnya dan pintar-pintar merasa paling unggul segalanya / suka merendahkan orang lain
d.     Yang bodoh tidak mau tahu dan tidak mau memikirkan nasibnya nanti.
Murid-murid hanya satu harus menyembah Tuhan dan setya kepada negara, sayang anak dan suami atau isteri, rajin bekerja, tidak boleh berjina, tidak boleh beristeri / bersuami lebih dari satu, tidak boleh nakal, memfitnah, menipu, jahil, dengki. Kalau semua isa menjalankan dengan baik dan rajin berbagai puasa, saya berani tanggung, pasti selamat di dunia, Alam Kubur dan Alam Akhir”
Diperintahkan untuk memantang garam, mandi pada malam hari menjelang tidur (wajib) dan jangan mempunyai hobi (kesukaan tentang makanan) misalnya hobi makan ini, makan itu, itu sangat dilarang.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar