Rabu, 16 Mei 2012

BAB XVIII GUNUNG KIDUL YANG GELAP GULITA

Setiap tulisan yang  penulis muat disini berupa sejarah perjalanan Romo Panutan yang berisi pendidikan moral dan budhi pekerti kepada murid-muridnya, dengan harapan supaya murid-murid tersebut mendapatkan ketentraman hidup lahir yang kita lakukan sesuai izin Beliau meskipun hanya menyangkut urusan yang sangat sederhana, dengan demikian apa yang kita lakukan tidak pernah ada resiko/musibah yang menimpa diri kita dan keluarga kita, Hanya masalahnya pasti ada kendala, manakala diantara anggota keluarga kita ada yang tidak mau mempelajari ilmu Tiga Perangkat, bahkan lebih parah lagi kalau diantara anak-anak kita justru memusuhi paham kita, sedangkan mereka tanggung jawab kita kalau sudah begitu, itu namanya musibah bagi kehidupan kita, ibaratnya makanan, sepahit apapun harus kita telan. Para pembaca, hidup ini berat, yang enteng atau ringan, kalau kita hanya memikirkan urusan dunia, sebab kebutuhan orang hidup itu juga penting, banyak ilmu atau keterampilan untuk mencari harta itu mudah, akan tetapi kalau kebutuhan hidup (Roh Suci ) ya, harus membatasi keinginan nafsu, harus dibagi untuk dunia 50% untuk kebutuhan Suksma 50% untuk Kadang golongan dari wilayah Gunung Kidul sering mendapat pujian dari Panutan, karena cepat tersebarnya ilmu tersebut, hanya masalahnya kwantitas/jumlah besar akan tetapi mungkin kwalitas, Menurunnya kwalitas penghayatan akan berdampak malapetaka, terlalu giat melebarkan sayap akan tetapi mutunya rendah, boleh di katakana nafsu besar tenaga kurang, lebih baik satu orang mendapatkan petunjuk jelas dari Tuhan dibandingkan 1000 orang memohon akan tetapi tidak mendapat mimpi, mendapat mimpi akan tetapi tidak jelas, jadi murid-muridnya Romo Panutan bukan jumlah yang dituntut, akan tetapi kwalitas. Hal ini telah penulis hayati dilingkungan keluarga dan kadang golongan, mereka didik benar, di control setiap hari, diberi contoh baik tindakan, sikap, perilaku setiap hari, setiap sore penulis memberi pekerjaan bathin untuk setiap orang dalam menangani suatu masalah hasilnya besok malam berkumpul bercerita tentang mimpi masing-masing lalu disimpulkan dan diputuskan bersama bagaimana kita bertindak, itu yang namanya “ Saya melakukan berdasarkanpetunjukmu ya Tuhan “ contoh juga sekarang ini tahun 2012 murid-murid Panutan yang Katam menjelang pemilihan President 2014/President Indonesia ke VII/ sudah banyak yang memohon siapa yang akan terpih untuk lingkungan Panulis sendiri sudah mendapatkan petunjuk yang terpilih nantinya, tinggal murid-murid yang lainnya yang tersebar diseluruh Indonesia belum ada informasi, mudah-mudahan semua Kadang Golongan segera selalu siap menghadapi situasi dunia utamanya Indonesia, mungkin murid-murid sedang asyik dengan dunianya masing-masing barang kali, oleh karena itu Romo Panutan dulu pernah berkata, lebih baik mempunyai murid sedikit tetapi  bernas (berisi) dari pada banyak murid akan tetapi malah banyak beban, itu betul sekali sebab jaman Nabi Nuh waktu dunia di telan air bah, yang turut naik perahu Nabi Nuh berapa orang ? coba pembaca tebak berapa jumlahnya ? Perahunya sebesar apa terus muat berapa ? untuk tempat-tempat binatang, misalnya : Ikan paus, Hiu, Kuda nil, Jerapah, Dinasurus, Harimau, Kucing, Tikus belalang, Kecoa, dan sebagainya pendek kata binatang-binatang satu pasang, yaitu jantan dan betina, belum ular Anakonda Yang panjangnya sampai 40 meter, Kemungkinan untuk umat manusia tidak banyak, mudah-mudahan pembaca merenungkan cerita diatas. Kalau Penulis percaya-percaya saja karena Kanjeng Nabi Nuh Utusan Tuhan, kalau Beliau menghendaki apapun tidak mustahil, pasti terjadi, siapa yang mau berdebat tentang kejadian itu, kita ini hanya umat manusia yang sangat lemah, jalani hidup ini apalagi adanya, tidak susah membuat masalah apalagi berdebat, tentang cerita tersebut, supaya jalan kita menghadap Tuhan lapang tidak ada hambatan.
          Gunung Kidul terserang bahaya kelaparan hebat, musim kemarau panjang, cadangan pangan tidak cukup, sedangkan air minumpun untuk waktu itu air Telaga atau air hujan sudah mengering, jadi air minum di datangkan dari Wilayah lain, memang daerah kritis (tanahnya berbatu, pegunungan Kapur). Pertanian tergantung air hujan tanaman yang cocok hanya Singkong (Ketelo) itu makanan pokok Rakyat disana (waktu itu, kalau sekarang sudah makmur), Penulis kerena lahir disana 24 tahun makan nasi singkong (Gaplek) minum biasa air Telaga tetapi di masak dulu, sekarang sudah sombong tidak pernah mengenal nasi Gaplek (Thiwul).
          Di Gunung Kidul bencana kelaparan selain musim kemarau panjang juga hama tanaman (tikus) menyerang sampai habis segala tanaman, Karena kekuranganpangan, phisik lemah, semangat hilang, Kadang golongan jarang berkumpul karena berat mencari makandan akhirnya tipis iman, jalan pintas, akhirnya jadi mangsa Wahyu sejatining Kakung/Putri.Banyak yang sakit, meninggal (suksma tersesat). Panutan akhirnya turun tangan ke Gunung Kidul, memberi  tumbal/syarat supaya murid-murid segera ingat dan mendekat pada Tuhan. Atmawiharja dan Damarjodisastra diberi tugas untuk mencarikan Burung Perkutut dari desa Trawana (sebelah Barat Daya Kota Wonosari termasuk Wilayah Gunung Kidul),  berapa harganya harus dibeli tidak boleh tawar, anehnya ada orang tua yang membawa burung perkutut harga murah, dan dibeli oleh kedua orang tersebut, langsung di bawa ke jagalan Muntilan, diserahkan kepada Panutan. Maksud dan tujuan membeli burung dari Trawana adalah di sesuaikan dengan petunjuk bathin, karena di desa Trawana tadi menjadi sumber Jin/Roh jahat  yang menjadi biang malapetaka di Gunung Kidul. Panutan memrintahkan kepada Kadang golongan daerah semua untuk sering berkumpul  (Sarasehan) sembahyangan bersama dan berpindah-pindah dan dimulai dari daerah Semanu disamping itu juga mementaskan seni Kerawitan/dan Gerongan /tembang yang di nyayikan oleh                                                                       
Bersambung.............

Tidak ada komentar:

Posting Komentar