Selasa, 27 Maret 2012

BAB I DASAR PENGETAHUAN MULAI BELAJAR ILMU TIGA PERANGKAT

Para pembaca di wilayah Negara manapun berada mohon maaf apabila saya dalam menulis pengalaman bathin pribadi ini menyinggung perasaan pembaca bahkan mungkin membingungkan keyakinan pembaca.
Disini saya salah satu murid Almarhum Romo Rps. Sastrosuwignyo. Dari kota Muntilan Jawa tengah. Indonesia. Yang Beliau telah berpulang  Tahun 1957.
Sebetulnya murid-murid Beliau ratusan ribu orang tersebar di wilayah Indonesia, Dinegara Inggris ada satu orang untuk saat ini. Saya merangkum  tulisan ini sengaja berupa tembang/kidung sebab, saya selalu menjunjung tinggi nilai-nilai budaya Jawa yang hampir terlupakan. Orang Jawa hobi tembang, sambil bekerja disawah nereka suka sekali nembang dan sambil bercanda dengan keluarga dan kerabat mereka, isi tembang biasanya mengandung makna yang sangat mendalam yang dapat menghibur hati dan membuat  tentram perasaan, sehingga lupa penderitaan dan menghilangkan rasa penat, indah dan sangat menghibur hati, disitu kita kerja bertani langsung berhadapan dengan alam, melihat gunung-gunung, melihat sawah, sungai yang mengalir dengan air yang jernih, disitu ada ikan, udang, burung-burung berterbangan, langit biru, pepohonan dipinggir sawah terlihat hijau samar-samar terlihat dari jauh daunnya melambai-lambai 
diterpa angin, diatas matahari bersinar tajam panas menyengat tetapi enak terasa di badan. Kalau sudah capai bekerja kita istirahat di dangau di bawah pohon yang cukup untuk berlindung dari terik matahari dan hujan.

Waktu tertentu manakala badan sangat capai, perutpun terasa lapar, keluarga kami dari desa sudah datang mengirim makanan ala kadarnya untuk makan siang, biasanya jam 12.00 waktu matahari tepat diatas kepala kita.
Hayo Makan bersama keluarga…!, ada tetangga tidak jauh dari kami, kami panggil berteriak sekeras-kerasnya supaya Mereka dengar. “ Kang Karto, sini bergabung, supaya menikmati makan bareng”, dia langsung menjawab” O..O iyo, aku tak mrono…”, maksudnya “O..O iyo saya akan ke situ”. Dia datang sambil membawa makanan, yu Karto (isterinya) juga ikut. Mulailah kita makan bersama, jumlahnya 6 (enam) orang, “U’u enak sekali nasi merah, sambal kelapa muda, sayur bening bayam dan papaya ada beberapa potong tempe bacem, kita makan nyokor tidak pakai sendok, lahap sekali, maklum perut lapar sekali. Tidak sampai 10 menit makan selesai, karena makan hampir tidak dikunyah langsung, ditelan saja, masa bodoh di dalam perut bukan urusan kita, memang ada pepatah, orang makan cepat, kerjanya pasti cepat. Kalau saya tidak begitu, makan cepat, kerja telat (lambat). Yah, itu kehidupan sebagaian rakyat pedesaan masih sederhana. Memang teknologi sudah masuk desa, anak-anak kami sudah maju pendidikan mereka sudah Sarjana, ada ahli ekonomi, akuntan, Arsitek dan sebagainya. Kami ikut merasakan hasil anak-anak kami, akan tetapi jangan lupa dengan huruf besar di bawahnya dengan garis tebal, bahwa manusia boleh ke bulan bias menerobos dasar laut yang dalamnya ribuan meter. Harta berlimpah tidak habis dimakan sebelas turunan (maaf saya hoki angka 11) “AKAN TETAPI SAUDARA-SAUDARA” dengan tekanan tinggi bahasa gaya Bung Karno. Pada akhirnya manusia akan meninggalkan hartanya yang melimpah tersebut manakala Tuhan membatasi umurnya alias meninggal dunia.
Inilah titik awal saya memberanikan diri menulis cerita ini dengan judul “WEWADENING PATIURIP” yang artinya “Rahasi mati dan hidup”. Tidak mudah untuk menjelaskan secara jelas, karena saya diajarkan oleh  Guru Agung untuk mengekang diri atau menyimpan hal-hal yang dikatagorikan terlarang, dan jujur. Saya takut kalau melanggar akan kualat (dihukum).
Namun saya akan berusaha sesuai dengan kemampuan saya, seberapa dalamnya ilmu goib yang telah saya miliki tanpa merendahkan/menyampingkan ilmu-ilmu lain yang telah dimiliki siapapun dimuka bumi ini. Justru saya akan menerima masukan dari para pembaca apabila memang ilmu tersebut Paralel dengan ilmu yang lain, makin menyempurnakan rangkuman tulisan ini. Ada pepatah “Tak ada gading yang tidak retak”.
Saya sangat senang dengan teknologi apapun, sebab memudahkan aktifitas umat manusia, sehingga pekerjaan yang berat dan sakit bisa diatasi dengan cepat mudah dan akurat, tanpa membuang energy manusia, akan tetapi perlu dimaklumi kita harus punya batasan-batasan tertentu sebab, sebagai umat yang ber Tuhan yang percaya betul bahwa hidup ini didunia sangat singkat paling lama 100 tahun, bahkan ada yang lebih singkat lagi kurang dari 0 tahun, 2 tahun, 10 tahun,  tahun bahkan begitu lahir langsung meninggal dunia.
Nun disana setelah meninggal kehidupan berlanjut lagi di alam antara atau alam kubur, alam penantian, dimana jasad (jasmani) kita sudah hilang ditelan bumi. Dialam Antara tadi kita masih hidup hanya saja sangat jarang yang ingat kalau dirinya sudah di alam lain atau disebut alam Kasuksman, disitu diri kita berupa Roh, Roh tersebut ada dua, yang satu Roh jahat, yang satu roh suci. Biasanya kita tidak merasa kalau kita berdua, orang Jawa bilang yang satu Sukma Suci, yang satunya sedulur kembar. Saya dan teman-teman seperguruan menyebutnya Sukma, yang satunya Nyawa, sebab menurut penghayatan batin saya yangdi dukung oleh teman seperguruan, sukma (yang suci) akan ikut Tuhan ke Akherat tempat asal mula hidup suci kita disebut “Baliksangkan paraming Dumadi” , atau kembali ke asal hidup kita yang langgeng tentram tidak ingat kebutuhan lahir. Jadi sukma suci kita ikut yang Maha suci di Akherat, sedangkan si nyawa (napsu/sedulur) ditingal di alam antara (alam kubur) karena aslinya memang bertempat tinggal disitu, sedangkan Si Sukma memang aslinya di Akherat, menghadap atau menunggal dengan Tuhan Yang Maha Suci.
Jelasnya begini, manusia hidup di Dunia terdiri dari tiga unsur:

1 Jasmani. Bisa rusak, bias mati, bisa sakit dan sebagainya. Tidak Kekal dan bisa dilihat dengan mata lahir,
   dia akan kembali ke bumi asalnya.
2. Nyawa Roh Jahat (Nafsu). Bisa sakit tapi tidak bisa mati, dia hidup didalam jasat kita.
3. Sukma, Roh suci, atau Urip. Kekal, tidak bisa sakit, tidak bisa mati asli hidup menyatu dengan  Tuhan.

Bisa dilihat dengan mata bathin (semedi tidur) dengan indera lahir (mata) tidak bisa. Hampir langka umat manusia sampai disana kalau semasa hidup tidak mempersiapkan diri secara total. Jangan main-main dengan hidup ini, itupun harus belajar dengan metode yang benar seperti saya seteman, dan harus didampingi oleh seorang penyuluh yang sudah lulus sempurna dalam Ilmu Marifat.
Persiapankanlah dengan serius bekal untuk menghadap Tuhan, disana kita harus punya Passport (atau bukti) kalau  anda sudah memenuhi syarat menuju alam akhir. Persiapan dimulai di kehidupan lahir (ketika masih hidup). Sebelum meninggal harus bebas dosa. Lalu bagaimana cara-cara menembus Dosa, lalu bagaimana cara-cara menembus Dosa?.

Tidak mudah, oleh karena itu jangan suka omong besar, ada orang hafal ayat ini diluar kepala, bahkan buku-buku amalan yang tebalnya ratusan halaman, hapal diluar kepala, tafsirannya ngelotok (paham), pintar kotbah, masa yang hadir bisa ribuan orang, dielu-elukan orang karena gaya bahasanya memang disenangi oleh semua yang ikut hadir.
Tetapi semua itu pertanyaannya “ Apakah anda juga taat menghindari dalil-dalil larangan Tuhan?”.
Saya suka geleng-geleng kepala melihat kejadian sehari-hari dimana-mana seperti itu, saya prihatin dan sedih melihat serta merasakannya.  Saya berpikir memang itu tidak salah, namun masih ada persyaratan lain yang sangat-sangat penting perlu dipelajari, dihayati sampai jelas dan tidak ragu bekal mati (menghadap Tuhan) harus dipersiapkan secara matang sebab ada syarat pokok yaitu Ilmu 3 perangkat:
  1. Mengenal Utusan Tuhan.
  2. Menganel Cahaya Tuhan (Nur Ilahi)
  3.  Membuat Mengalahkan/mengenal nafsu sendiri / mengalahkan nyawa sendiri / kenali dirimu sendiri.
Syarat ketiga tersebut diatas, bisa dihayati di alam kasuksma atau Semedi Tidur. Untuk itu di bawah ini saya membuat tembang dengan Bahasa Jawa.
Dan nanti di bawahnya akan saya terjemahkan dengan Bahasa Indonesia. Dengan Bahasa Inggris saya tidak bisa, bisa tapi hanya No Smoking. Kala kurang jelas silahkan bertanya pasti akan saya jawab sampai mengerti, yang penting jangan emosi, saya orangnya humoris.
Mohon maaf kalau kurang cocok harap jangan membaca. Kembalilah dengan kenyakinan anda semula Tuhan akan melindungi anda. Mudah-mudahan .
Ada cerita: burung Podang berkata kepada sahabatnya burung Tekukur “ Hai tekukur…., kamu bodoh, kenapa kamu memakan jagung dan batu. Lebih enak kamu memakan Pisang Manis.  Burung Tekukur dengan tenang menjawab tanpa emosi teguran burung kepodang tersebut, malah sambil terus memakan batu bata.
Dan burung tekukur tersebut berkata kepada burung podang, “ dang…., kita memang berbeda, kalau pisang sekalipun terasa manis dimakan, tetapi aku tidak biasa memakannya. Lagi pula kalau aku memakan pisang juga. Persediaan pisang akan habis, dan kita akan bersaing mencari pisang pisang untuk dimakan. Lebih baik aku memakan batu atau kerikil dan jagung, yang tersedia dimana-mana. Maka kedua burung tersebut akhirnya sama-sama tertawa. Itulah bersahabatan, masa kita kalah sama binatang. Jadi jelasnya kebutuhan hidup suci itu tidak boleh dipakasa, semua sesuai dengan kodrat Tuhan. Kita hidup bisa damai dan tentram dengan berbagai perbedaan paham maupun perbedaan agama. Sebab kalau anda ingin kembali ke hadapan Tuhan Yang Maha Suci (Bersih) tanpa melanggar larangan Tuhan, secara ilmu kimia Zat yang tidak sejenis tidak akan bisa bersenyawa. Suci kembali ke suci, kotor kembali ke kotor. Artinya selama sepanjang hidup yang kita lakukan selalu kejahatan misalnya, tidak pernah ada sisi baiknya, kita tidak bisa mengendalikan nafsu atau selalu kalah dengan bujukan saitan yang menempel di jasad kita, selalu melanggar larangan Tuhan, yang sering termuat di dalam ajaran Agama apapun.

Untuk memulai belajar mendekatkan ke Tuhan, dibawah ini ada Tembang Kidung atau nyanyian dalam bahasa Jawa, yang isinya mengenai syarat-syarat awal belajar “Ilmu Kasukaman”.  Supaya kita nantinya terbebas dari dosa sebelum meninggal, bahkan sasaran akhirnya nantinya kita bisa bertanya atau minta petunjuk dari Tuhan Yang Maha Esa, untuk berbagi kebutuhan yang sifatnya keduniaan maupun kesucian, pendek kata untuk manages (bertanya kepada Tuhan) dalam bahasa jawa yang artinya bertanya dan mendapat jawaban akurat (valid) tidak melesed satu milimeterpun.
Bahkan untuk bertanya kapan kita akan kembali (meninggal) akan mendapat jawaban jelas. Contoh : Ayah saya, kakek saya, 35 hari sebelum meninggal sudah pamitan dengan adik-adiknya, yang satu kenyakinan. Tepatnya pada hari dan jam yang dijanjikan. Kakek saya tidur melipatkan tangan didada membaca “Syahadat” langsung berpulang  pada Tuhan. Saya tertegun mendengar cerita dari paman-paman saya.
Setelah kakek saya meninggal nama kakek saya yang bernama Kyai Ahmad Kariyo yang meninggal tahun 1917.
Begitupun dengan Ayah saya yang bernama Tugiman Sosemito meninggal dalam usia 62 Tahun.
Beliau berpulang pada tanggal 28 Oktober 1967. Ayah saya sewaktu mendekati akhir hidupnya berpamitan dengan dengan anak-anaknya termasuk saya, yang waktu itu saya berumur 23 tahun. Beliau berkata , ”Saya sudah tiga kali dipanggil oleh Tuhan, yang terakhir ini saya sudah tidak bisa perleng (mundur), jangan takut saya tinggal, saya tidak akan jauh dari kamu”. Ayah saya langsung melipat tangan di dada sekejap sudah tidak ada (Meninggal).
Waktu terus berjalan, saya dan saudara kandung, kakak tiga adik satu. Semua sudah tua-tua menekuni ilmu yang ditinggalkan almarhum ayah. Saya lulus ilmu marifat tersebut setelah belajar selama 18 tahun, isteri saya belajar hanya 9 bulan sudah lulus. Kakak saya satu lulus setelah belajar selama 33 tahun. Yang lain kakak dan adik belum lulus. Memang tidak mudah, karena belajar ilmu kasuksmaan ini gurunya bukan manusia, tetapi langsung Petunjuk dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Dengan bimbingan 3 orang penyuluh (yang sudah lulus/ katam makrifat) dengan cara semedi tidur terus dapat Ilham, atau mimipi. Jadi yang bisa menghadap Tuhan untuk minta keterangan bukan jasmani kita, akan tetapi roh suci kita, yang bisa menghadap yang Maha Suci.
Jadi kalau manusia dalam posisi tidak tidur, tidak akan bisa menghadap Tuhan, sebab Tuhan itu tidak bisa dilihat dengan dengan Indera Lahir (Mata).
Setiap orang yang telah lulus ilmu kasukman yang jumlahnya 3 perangkat tersebut diatas yaitu:
  1. Utusan Tuhan
  2. Mengenal Cahaya Tuhan
  3. Mengalahkan/mengenal nyawa sendiri.
Pasti bisa mohon petunjuk langsung kepada Tuhan Yang Maha Esa. Asal jangan melanggar angger-angger 11 (sebelas) selama hidupnya.
  1. Empat Larangan.
  2. Tujuh Kuwajiban.
Yang saya simpulkan di dalam tembang di bawah ini, lengkap dengan keterangannya. Karya tulis saya ini berbeda dengan karya tulis pada novelis atau pujangga, jauh sekali, karena saya menulis tanpa redaksi atau editor  yang benar. Hanya mengikuti jalan bathin dan pikiran saya.
Makanya meloncat-loncat tidak jelas. Sekali-kali saya suka bercanda, ya memang begitu jalan hidup saya, kalu ingin ketawa datang ke rumah saya, mari kita ketawa sepuas-puasnya (tiada jam tanpa ketawa). Asal jangan ketawa sendiri, itu berbahaya.
Mohon maaf, saya baru sekali ini menulis tentang perjalanan hidup saya. Hebatkan?...., jangan anda mengetawai yang penting niat baik saya untuk mengingatkan sesama manusia kesampaian. Inipun tanpa bantuan anak saya yang mengetik dan memuat di Internet pasti tidak mungkin terlaksana. Terimakasih kepada anak saya Rio Septinugroho S.E., 35 Tahun. Yang telah membantu saya.
Keterangan/ Tulisan  ini akan saya muat beberapa tahap lagi, sampai saya kehabisan cerita pengalaman sipiritual saya.
Selamat membaca…., Salam RAHAYU, RAHAYU, RAHAYU……

Tidak ada komentar:

Posting Komentar